Jumat, 08 November 2013

Nama-nama Buddha

Buddha Vipassi


Buddha PERTAMA yang disebutkan dalam Atanatiya Paritta.
Dalam tradisi Pali, Buddha Vipassi dikenal sebagai Buddha ke 19 dari 24 Buddha.
Dilahirkan dari ayah Bandhuma dan ibu Bandhumati di Taman Khema di suatu tempat yang dinamakan Bandhumati. Ia termasuk dalam suku Kondanna. Ia dinikahkan dengan Sutana dan mempunyai seorang putra Samavattakkhandha
Beliau melepaskan kehidupan duniawi di kereta kuda; selanjutnya melakukan latihan keras selama 8 bulan. Dan saat ia duduk di kaki pohon Patali; tepat sebelum pencapaian pencerahanNya, Beliau menerima nasi susu pemberian dari putri Sudassana-Setthi; dan duduk di tempat duduk yang telah disediakan oleh Sujat untuknya. Beliau menyampaikan kotbah pertamaNya di Khemamigadaya kepada saudara tiriNya – Khanda dan putra seorang pendeta bernama Tissa. Pembantu utamaNya adalah Asoka. Chanda dan Chandamitta adalah murid wanita utamaNya. Punabbasummitta dan Naga adalah pendukung pria utamaNya; sedangkan Sirima dan Uttara adalah pendukung wanita utamaNya. Beliau meninggal di usia 80.000 tahun.
Selama jaman Buddha Vipassi, Bodhisatva saat itu hidup sebagai seorang raja Naga dengan nama Atula; dan mempunyai hak istimewa untuk mempersembahkan sebuah tempat duduk emas dengan permata-permata kepada Buddha Vipassi.

BUDDHA VESSABHU
Buddha KETIGA yang disebutkan dalam Atanatiya Paritta.
Buddha Vessabhu dalam tradisi Pali dianggap sebagai Buddha ke 21.
Beliau dilahirkan di Anoma. Nama ayahNya adalah Supattita dan ibuNya adalah Yasavati. Beliau dinamakan dengan nama ini karena saat lahir Beliau berteriak seperti seekor sapi jantan. Nama istriNya adalah Suchitta; dan putraNya adalah Suppabuddha.

Beliau hidup sebagai perumah tangga selama 6.000 tahun dan hidup di tiga istana antara lain Ruchi, Suruchi dan Vaddhana. Beliau melepaskan keduniawian di sebuah tandu emas; dan melakukan latihan keras hanya selama 6 bulan. Tepat sebelum pencerahanNya, Beliau menerima nasi susu dari Sirivaddhana. Raja naga Narinda mempersiapkan tempat dudukNya. Beliau mencapai pencerahan di bawah pohon Sal. Beliau menyampaikan kotbah pertamaNya kepada putra saudaraNya yaitu Sona dan Uttara yang menjadi murid utamaNya. Pembantu utamaNya adalah Upasanta (juga disebut Upasannaka). Diantara para pendukung priaNya Sotthika dan Rama adalah yang utama dan Gotami dan Sirima adalah yang utama diantara para pendukung wanitaNya.
Beliau meninggal di Khemarama pada umur 60.000 tahun.
Bodhisatva hidup sebagai Raja Sarabhavati dan mempunyai nama Sudassana selama jaman Buddha Vessabhu.
Catatan: Beliau dipanggil Vishvabhu di Divyavadana 333.

BUDDHA KAKUSANDHA
Buddha KEEMPAT yang disebutkan dalam Atanatiya Paritta.
Buddha Kakusandha dikenal sebagai Buddha ke 22 dalam tradisi Pali.
Beliau dilahirkan di Taman Khema. Nama ayahNya adalah Aggidatta yang menjadi seorang pendeta Brahmin di masa Raja Khemankara di Khemavati. Nama ibuNya adalah Visakha. Nama istriNya adalah Virochamana dan Uttara adalah putraNya.

Beliau melepaskan kehidupan duniawi di sebuah kereta kuda pada umur 4.000 tahun; dan melakukan latihan keras selama 8 bulan. Beliau menerima nasi susu dari seorang gadis Brahmin Vajirindha dari desa Suchirindha tepat sebelum pencapaian pencerahanNya; dan duduk di tempat duduk rumput yang disediakan oleh Subbhadda. Beliau mencapai pencerahan di bawah pohon Sirisa; dan menyampaikan kotbah pertamaNya kepada perkumpulan 84.000 bhikkhu di suatu taman dekat Makila.
Diantara para bhikkhu Vidhura dan Sanjiva adalah murid utamaNya; dan diantara para bhikkhuni adalah Sama dan Champa. Pembantu pribadi utamaNya adalah Buddhija. Diantara para pendukung pria Acchuta dan Samana adalah yang utama; sedangkan diantara para pendukung wanita Nanda dan Sunanda adalah pendukung utamaNya. Acchuta mendirikan sebuah vihara untuk Buddha Kakusandha di tempat sama dimana Anathapindika belakangan mendirikan Jetavana Arama untuk Buddha Gotama.
Menurut Samyutta Nikaya (II. 194) gunung Vepulla Rajgir saat itu dinamakan Pachinvamsa; dan rakyat dari daerah Tivara.
Beliau meninggal pada umur 40.000 tahun.
Bodhisatva pada jaman Buddha Kakusandha dilahirkan sebagai raja Khema.

BUDDHA KONAGAMANA
Buddha KELIMA yang disebutkan dalam Atanatiya Paritta.
Konagamana adalah Buddha ke 23 dan Buddha ke 2 diantara 5 Buddha yang lahir di Kappa Bhadda.
Lahir di Taman Subhagavati di Sobhavati, ibukota dari raja Sobha, Beliau adalah putra dari seorang Brahmin bernama Yannadatta. Uttara adalah ibuNya. IstriNya adalah Ruchigatta dan Satthavaha adalah putra mereka. Beliau hidup sebagai perumah tangga selama 3.000 tahun di 3 istana: Tusita, Santusita dan Santuttha. Selanjutnya Beliau melepaskan kehidupan duniawi dengan menunggang seekor gajah. Beliau melakukan latihan keras selama 6 tahun. Beliau menerima nasi susu dari seorang wanita Brahmin Aggisoma; dan rumput untuk tempat dudukNya dari Tinduka. Pohon pencapaian pencerahanNya adalah Udumbara. Beliau menyampaikan kotbah pertamaNya di Taman Sudassana Nagara.
Beliau meninggal di Pabbatarama pada umur 30.000 tahun. MuridNya yang utama diantara para bhikkhu adalah Bhiyya dan Uttara; dan Samudda dan Uttaraa diantara para bhikhuni. Pembantu utamaNya adalah Sotthiya. Di antara para pengikut pria awam Ugga dan Somadeva adalah yang populer; sedangkan diantara para pengikut wanita awam Sivala dan Sama adalah yang terpopuler.
Saat Buddha dilahirkan, kemudian diikuti dengan hujan emas di seluruh India purba (Jambu dvipa). Maka Buddha dinamakan Kanakagamana dimana dalam proses waktu menjadi Konagamana. Selama jamanNya gunung Vepulla di Rajgir dikenal sebagai Vankaka; dan rakyat di daerah tersebut disebut sebagai Rohitassa.
Bodhisatva dilahirkan sebagai seorang Khattiya (Chatriya) di Mithila pada saat Buddha Konagamana dan saat itu namanya adalah Pabbata.
Sumber-sumber berhubungan dengan ilmu purbakala mendukung keberadaan stupa yang didirikan di tempat kelahiran Buddha Konagamana dimana Asoka Maha Besar membesarkan ukurannya 2 kali lipat dan memujanya di masa pemerintahannya ke 20 tahun. (Lihat Hultszch, Tulisan Asoka p. 165). Faxian (Fahsien) yang mengunjungi India dari 399-414 Masehi; dan Xuangzang (Huan Tsang) yang tinggal di India dari 629-645 Masehi juga memberikan petunjuk keberadaan fisik dari stupa-stupa Konagamana di tempat kelahiranNya.
Teks-teks Sansekerta Buddhis seperti Divyavadana (333 f.); Mahavastu (i. 114) menyebut Konagamana sebagai Kanakamuni.

Kisah Stupa Emas Buddha Kassapa

Suatu saat, ketika Sang Buddha dan para pengikutnya sedang dalam perjalanan ke Baranasi mereka tiba di sebuah tanah lapang di mana terdapat sebuah stupa suci. Tidak jauh dari kuil tersebut, seorang brahmana sedang membajak ladang, melihat sang brahmana, Sang Buddha memanggilnya.
Ketika ia tiba, sang brahmana memberi penghormatan kepada stupa tersebut tetapi bukan kepada Sang Buddha.
Kepadanya Sang Buddha berkata, “Brahmana, dengan memberikan penghormatan kepada stupa tersebut engkau telah melakukan sebuah perbuatan yang terpuji.” Hal itu membuat sang brahmana gembira. Setelah membuat keadaan batinnya tenang, Sang Buddha dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, memunculkan stupa emas Buddha Kassapa dan membuatnya tetap tampak di langit. Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepada sang brahmana dan para bhikkhu yang hadir bahwa terdapat empat golongan orang yang patut dibuatkan stupa.
Mereka adalah: Para Buddha (Tathagata) yang patut dihormati dan telah mencapai Penerangan Sempurna dengan usahanya sendiri; para Paccekabuddha; para Murid-murid Ariya, dan Raja Dunia.
Beliau juga mengatakan kepada mereka tentang tiga macam stupa yang patut dibangun untuk menghormati empat golongan orang itu. Stupa-stupa tempat di mana relik sisa-sisa jasmani disimpan, dikenal dengan nama Saridhatu-cetiya; stupa-stupa dan bentuk-bentuk yang dibuat menyerupai orang-orang tersebut di atas, dikenal dengan nama Uddissa-cetiya; dan stupa-stupa tempat menyimpan barang-barang seperti jubah, mangkuk, dan lain sebagainya dikenal dengan nama Paribhoga-cetiya. Sang Buddha menekankan pentingnya memberi penghormatan kepada mereka yang patut dihormati.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 195 dan 196 berikut ini :

Ia yang menghormati
mereka yang patut dihormati,
yakni Para Buddha atau siswa-siswa-Nya,
yang telah dapat mengatasi rintangan-rintangan,
akan bebas dari kesedihan dan ratap tangis.


Ia yang menghormati orang-orang suci
yang telah menemukan kedamaian
dan telah bebas dari ketakutan;
maka jasa perbuatannya
tak dapat diukur dengan ukuran apapun.
Sang brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Stupa Buddha Kassapa masih dengan jelas tertampak lebih dari tujuh hari, dan masyarakat tetap berdatangan ke stupa tersebut untuk memberikan penghormatan dan bersujud. Pada akhir hari ke tujuh, seperti yang telah dikatakan oleh Sang Buddha, stupa tersebut menghilang, dan di tempat di mana stupa tersebut tertampak dengan kekuatan batin, muncul keajaiban berupa stupa batu yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar