Jumat, 08 November 2013

Menaklukan Diri

Samaera Dhiraseno
Atthā have jitaṁ seyyo, yā cayāṁ itara pajā
Attadantassa pasassa, niccaṁ saññatacārino.
Menaklukkan diri sendiri sesungguhnya lebih baik
Dari pada menaklukkan makhluk lain;
Orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri
Selalu bisa mengendalikan diri.
(Dhammapada  BAB VIII Sahassa-Vagga Syair 104)
Pendahuluan
Kehidupan saat ini merupakan kehidupan yang sangat maju dan begitu modern dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Hal demikian tidak hanya terjadi dikota-kota besar saja akan tetapi juga sudah  masuk sampai kepelosok pedesaan. Kemajuan zaman membuat perubahan secara cepat dan terus berubah dalam kehidupan saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan dunia informasi yang begitu cepat seperti internet dan telepon cellular sulit untuk dibendung.
            Manusia dengan mudah bisa mengakses dan mengikuti perkembangan zaman pada saat ini. Informasi Global yang sangat memudahkan manusia dapat melihat kondisi dunia ini dengan jelas karena dengan bantuan teknologi yang serba canggih ini. Cara berpikir manusiapun juga semakin maju dan sesuai dengan perkembangan teknologi atau kemajuan zaman cara berpenampilan merekapun juga sangat beraneka ragam. Akan tetapi ada beberapa hal yang begitu disayangkan,  dengan perkembangan teknologi yang serba canggih dan serba mudah ini, karena perkembangan teknologi seperti saat ini tidak di imbangi dengan moralitas yang baik sehingga dizaman modern ini begitu banyak hal-hal yang menyimpang dalam penggunaanya bahkan kearah yang salah.
Banyak manusia yang menggunakan teknologi bukan pada dasar dan manfaat yang baik, akan tetapi menggunakan teknologi yang sudah maju ini dengan luapan emosi dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri dan tanpa mau melihat kesejahteraan orang lain, seperti banyaknya pembobolan ATM dan masih banyak lagi kejahatan yang lainnya yang dilakukan dalam kehidupan yang serba modern ini.
Pembahasan
Kita sebagai manusia terlahir kedunia ini sesuai dengan karma dan kondisi kita masing-masing, dan kita terlahir menjadi manusia ini sangatlah cukup banyak kebajikan yang telah kita perbuat dan kita timbun dimasa lampau sehingga kita terlahir menjadi manusia, janganlah kita lupa diri dan hilang ingatan untuk selalu menanam kebajikan terus menerus selama kita masih hidup dan mampu melakukanya. Kehidupan kita sebagai manusia akan kehilangan kesempatan bebuat kebajikan bila kita tidak memanfaatkan dengan baik untuk berbuat baik dan semua akan berganti menjadi kehidupan rendah dan tidak bermanfaat. Kita tidak bisa mengharapkan semua kembali menjadi seperti sedia kala setelah jatuh pada kesusahan dan kesulitan karena akibat dari perbuatan yang teah kita lakukan.
Hidup yang kita jalani kadang sangat menderita dan kadang sangat bahagia, ketika kita menderita kita merasa ini adalah takdir dan jarang untuk merubah prilaku atau mau berjuang untuk bangkit dari penderitaan dan keterpurukan akan, tetapi ketika kita bahagia dan sukses kita menjadi sombong atas usaha yang telah kita capai tanpa mau memperhatikan orang sekitar kita dan kita hanya terlena dalam kebahagiaan dan kesuksesan kita saja yang sebenarnya itu hanyalah semu dan akan mengalami perubahan dan terus berproses.
Buddha sering mengingatkan kepada para siswa-Nya untuk tidak berpuas diri setelah mencapai kebijaksanaan. Kita harus berprilaku seperti padi: semakin matang dan berisi, maka semakin dalam padi itu menunduk. Hal ini bertujuan supaya kita menjadi manusia yang tidak sombong karena pencapain kita, bukan hanya pencapain kesucian dan kebijaksanaan saja akan tetapi pencapain usaha, jabatan, kekayaan, martabat  dan kesuksesan yang telah kita dapatkan. Buddda mengingatkan kita dengan demikian supaya kita bisa saling menghormati sesama manusia atau makhluk lain yang lebih rendah atau berada dibawah kita, biasanya yang muncul dimasyarakat ketika seseorang mendapatkan kesuksesan, jabatan, pangkat dan martabat mereka sering menyepelekan orang lain atau menganggap rendah orang lain dan bertindak semaunya sendiri dan memnganggap bahwa dirinyalah yang paling hebat.
Seperti banyak yang telah kita jumpai dan kita lihat sekarang ini, banyak dari para pemimpin kita yang hanya mementingkan diri mereka dan urusan mereka sendiri-sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan masyarakat atau orang yang dipimpin, sebenarnya kalau mereka mau mengerti arti dari pemimpin dan mau sedikit merendahkan hati mereka, kemudian tidak mementingkan urusan mereka sendiri maka yang terjadi adalah kerukunan atara pemimpin dan masyarakat. Karena seorang pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan/amanah  oleh rakyat dengan tujuan supaya bisa mensejahterakan rakyat atau orang banyak, seperti yang terdapat dalam sebuah lagu gundul-gundul pacul yang sebenarnya mempunyai arti filosofis yang sangat dalam. Konon lagu gundul-gundul pacul ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan kawan-kawan sewaktu muda, pada tahun 1400-an mempunyai arti yang sangat dalam dan mulia.
Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Dan kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang dari keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota. Sedangkan pacul adalah cangkul (red, Jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempengan besi yang berbentuk segi empat. Jadi pacul adalah lambang dari kawula rendah, kebanyakan para petani.
Gundul-gundul pacul artinya adalah bahwa seorang pemimpin bukan orang yang hanya diberi mahkota saja tetapi dia adalah pembawa cangkul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi kawula rendah seperti petani, rakyat atau orang banyak. Orang jawa mengatakan pacul adalah Papat Kang Ucul ( empat yang lepas). Kemuliaan seseorang tergantung dari 4 hal yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1.      Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2.      Telinga digunakan untuk mendengar nasehat dan keluhkesah rakyat/masyarakat.
3.      Hidung digunakan untuk mencium wanginya kebaikan.
4.      Mulut digunakan untuk berkata jujur dan adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatanya.
Gembelengan artinya besar kepala, sombong, congkak dan bermain-main dalam menggunakan kehormatanya. Arti harafiah jika orang sudah kehilangan dari 4 lndera seperti diatas maka akibatnya gembelengan (congkak, besar kepala/sombong).
Nyunggi-nyunggi wakul artinya menjunjung amanah rakyak atau orang banyak, Gembelengan artinya congkak, besar kepala/sombong, akhirnya Wakul Ngglimpang (amanah jatuh tidak bisa dipertahankan), Seggane dadi sak latar (berantakan sia-sia, kocar-kacir tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak. Seorang pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin mau merendahkan hati mereka mau mendengar dan memperhatikan kesejahteraan rakyat/masyarakat dan selalu berprilaku jujur dan adil.
Sebuah kehidupan yang dijalani dengan kebijaksanaan harus memiliki rendah hati yang tulus. Dengan kebijaksanaan, kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang jahat dan yang baik. Dengan kerendahan hati kita bisa menciptakan kehidupan yang damai dan tentram. Dengan kita memiliki kerendahan hati tentunya kita bisa mendamaikan orang-orang dan makhluk-makhluk yang berada disekitar kita. Dengan kerendahan hati ini juga bisa kita mengembangkan  pengembangan batin, dan dari pengembangan batin inilah yang nanti dapat mengarakan kita untuk mencapai kesadaran “tanpa aku” oleh karena itu bila kita bisa merendahkan dan meluaskan hati untuk menerima apapun dan menghormati orang lain, mereka pasti akan menghormati dan dapat menerima kita dengan lapang dada.
Hanya mereka yang mampu menghormati diri mereka sendirilah yang mempunyai nyali untuk lebih merendahkan hati mereka untuk orang lain. Jika kita bisa rasakan kalau sebutir kerikil yang kecil saja dapat menyakiti kaki kita, tentu saja kita tidak akan sabar dan tahan menghadapi masalah yang lebih besar. Sebagian besar orang tidak dapat menundukkan kepala dengan rendah hati, karena mereka terus menggunakan kesuksesanya, kekayaan dan jabatan mereka dimasa lalu yang itu hanyalah hal yang semu, karena semua itu akan berproses dan akan mengalami perubahan. Jika kita mau mengerti atau memahami sebenarnya menjadi rendah hati memiliki kebijaksanaan. Dan bila kita menganggap dirikita sendiri terlalu tinggi berarti kita memiliki kemelekatan dan dari kemelekatan itu akan menimbulkan penderitaan bagi kita apabila suatu saat kita jatuh atau mengalami kebangkrutan dan kerugian.
Jika kita ingin diterima atau disayangi oleh orang lain, maka pertama-tama yang harus kita perhatikan adalah nada suara dan prilakukita, pembawaan, sikap, perkataan, prilaku yang layak semuanya itu dicapai melalui kesabaran, kerendahan hati  dan ke uletan. Kita bisa berpegang teguh pada prinsip-prinsip integritas dan ketulusan dalam segala sesuatu yang kita kerjakan. Dan kita bisa menerapkan kesabaran dan kelembutan dalam berprilaku kepada orang lain, dan yang paling penting kita harus menjaga pikiran kita supaya kita menjadi tenang dan kita juga harus saling menumbuhkan sikap yang penuh tenggangrasa dan sikap religius dalam memperlakukan orang lain supaya orang lain juga memperlakukan kita dengan baik.
Agama adalah ajaran  untuk menyadari, melihat, mengoreksi kedalam diri sendiri dan orang lain dengan benar. Tidak ada satu Agama apapun didunia ini yang tidak mengajarkan untuk menghindari kejahatan atau perbuatan buruk dan menghindari/melakukan perbuatan baik seperti yang telah orang bijaksana ajarkan. Semua perbuatan baik buruk dapat muncul setiap saat, setiap waktu pada saat diri sendiri ada niat untuk melakukanya. Seperti sabda Sang Buddha pikiran sebagai pemimpin untuk melakukan berbagai macam perbuatan, sehingga dapat terlihat dengan jelas bahwa karma adalah milik dirikita sendiri yang telah melakukanya, bukan diwariskan orang lain, anak atau kerabatnya.  Maka dari itu Buddha mengajarkan kepada kita untuk  “malu berbuat jahat dan takut akan akibatnya” Hiri dan Otapa.
Kalau kita melihat orang yang bijaksana, itu lembut dan penuh dengan cintaksih, kelembutanya mengandung cintakasih dan cintakasihnya meneduhkan hati setiap orang atau makhluk lain yang berada disekitarnya. Apa bila kita bisa memelihara keharmonisan dengan orang lain dan selalu memancarkan cinta kasih tanpa batas dengan orang dan makhluk yang berada disekitar kita dengan penuh kerendahan hati, jelas kita bisa melakukan kebaikan berupa apasaja kepada orang lain. Dan apabila orang-orang bisa selalu rendah hati dan hidup dengan rukun, harmonis dan penuh dengan cintakasih pasti tidak ada pertikaian, pembantaian, pembunuhan, dan tindak kejahatan lainya, sehingga dunia benar-benar menjadi damai dan tentram, bila setiap orang bisa memahami dengan benar dan sungguh sungguh seperti apa yang terdapat di dalam Dhammapada BAB VIII Sahassa-Vagga Syair 102
Menaklukkan diri sendiri sesungguhnya lebih baik dari pada menaklukkan makhluk lain, Orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri selalu bisa mengendalikan diri. Maka dunia benar-benar menjadi damai dan tentram tanpa ada permasalahan seperti saat ini.



  
Refrensi
Master Cheng Yen. SANUBARI TEDUH JILID SATU Kata-Kata Welas Asih Dan Kebijaksanaan (Still Toughts, Volume One) Jakarta: PTAlex Media Komputindo. 2007
Teja Puñño. INDAHNYA KEBEBASAN Oktober 2010
Bhikkhu Abhayanando, Thera. Dhamma Solusi Kehidupan. Tangerang, Banten. Vihara Dhamma Ratna

Y.M. Dr. I. Indasara Thero. Hidup Penuh Dengan BERKAH. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar