Samaṅera Dhiraseno
Atthā have jitaṁ
seyyo, yā cayāṁ itara pajā
Attadantassa
pasassa, niccaṁ saññatacārino.
Menaklukkan diri sendiri
sesungguhnya lebih baik
Dari pada menaklukkan makhluk
lain;
Orang yang bisa menaklukkan
dirinya sendiri
Selalu bisa mengendalikan diri.
(Dhammapada BAB
VIII Sahassa-Vagga Syair 104)
Pendahuluan
Kehidupan saat ini merupakan
kehidupan yang sangat maju dan begitu modern dibandingkan beberapa tahun yang
lalu. Hal demikian tidak hanya terjadi dikota-kota besar saja akan tetapi juga
sudah masuk sampai kepelosok pedesaan.
Kemajuan zaman membuat perubahan secara cepat dan terus berubah dalam kehidupan
saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan dunia informasi yang
begitu cepat seperti internet dan telepon cellular sulit untuk dibendung.
Manusia dengan
mudah bisa mengakses dan mengikuti perkembangan zaman pada saat ini. Informasi
Global yang sangat memudahkan manusia dapat melihat kondisi dunia ini dengan
jelas karena dengan bantuan teknologi yang serba canggih ini. Cara berpikir
manusiapun juga semakin maju dan sesuai dengan perkembangan teknologi atau
kemajuan zaman cara berpenampilan merekapun juga sangat beraneka ragam. Akan
tetapi ada beberapa hal yang begitu disayangkan, dengan perkembangan teknologi yang serba canggih
dan serba mudah ini, karena perkembangan teknologi seperti saat ini tidak di
imbangi dengan moralitas yang baik sehingga dizaman modern ini begitu banyak
hal-hal yang menyimpang dalam penggunaanya bahkan kearah yang salah.
Banyak manusia yang menggunakan
teknologi bukan pada dasar dan manfaat yang baik, akan tetapi menggunakan
teknologi yang sudah maju ini dengan luapan emosi dan hanya ingin menguntungkan
diri sendiri dan tanpa mau melihat kesejahteraan orang lain, seperti banyaknya
pembobolan ATM dan masih banyak lagi kejahatan yang lainnya yang dilakukan
dalam kehidupan yang serba modern ini.
Pembahasan
Kita sebagai manusia terlahir
kedunia ini sesuai dengan karma dan kondisi kita masing-masing, dan kita
terlahir menjadi manusia ini sangatlah cukup banyak kebajikan yang telah kita
perbuat dan kita timbun dimasa lampau sehingga kita terlahir menjadi manusia,
janganlah kita lupa diri dan hilang ingatan untuk selalu menanam kebajikan
terus menerus selama kita masih hidup dan mampu melakukanya. Kehidupan kita
sebagai manusia akan kehilangan kesempatan bebuat kebajikan bila kita tidak
memanfaatkan dengan baik untuk berbuat baik dan semua akan berganti menjadi
kehidupan rendah dan tidak bermanfaat. Kita tidak bisa mengharapkan semua
kembali menjadi seperti sedia kala setelah jatuh pada kesusahan dan kesulitan
karena akibat dari perbuatan yang teah kita lakukan.
Hidup yang kita jalani kadang
sangat menderita dan kadang sangat bahagia, ketika kita menderita kita merasa
ini adalah takdir dan jarang untuk merubah prilaku atau mau berjuang untuk
bangkit dari penderitaan dan keterpurukan akan, tetapi ketika kita bahagia dan sukses
kita menjadi sombong atas usaha yang telah kita capai tanpa mau memperhatikan
orang sekitar kita dan kita hanya terlena dalam kebahagiaan dan kesuksesan kita
saja yang sebenarnya itu hanyalah semu dan akan mengalami perubahan dan terus
berproses.
Buddha sering mengingatkan
kepada para siswa-Nya untuk tidak berpuas diri setelah mencapai kebijaksanaan.
Kita harus berprilaku seperti padi: semakin matang dan berisi, maka semakin
dalam padi itu menunduk. Hal ini bertujuan supaya kita menjadi manusia yang
tidak sombong karena pencapain kita, bukan hanya pencapain kesucian dan
kebijaksanaan saja akan tetapi pencapain usaha, jabatan, kekayaan, martabat dan kesuksesan yang telah kita dapatkan.
Buddda mengingatkan kita dengan demikian supaya kita bisa saling menghormati
sesama manusia atau makhluk lain yang lebih rendah atau berada dibawah kita,
biasanya yang muncul dimasyarakat ketika seseorang mendapatkan kesuksesan, jabatan,
pangkat dan martabat mereka sering menyepelekan orang lain atau menganggap
rendah orang lain dan bertindak semaunya sendiri dan memnganggap bahwa
dirinyalah yang paling hebat.
Seperti banyak yang telah kita
jumpai dan kita lihat sekarang ini, banyak dari para pemimpin kita yang hanya
mementingkan diri mereka dan urusan mereka sendiri-sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan
masyarakat atau orang yang dipimpin, sebenarnya kalau mereka mau mengerti arti
dari pemimpin dan mau sedikit merendahkan hati mereka, kemudian tidak
mementingkan urusan mereka sendiri maka yang terjadi adalah kerukunan atara
pemimpin dan masyarakat. Karena seorang pemimpin adalah seseorang yang diberi
kepercayaan/amanah oleh rakyat dengan
tujuan supaya bisa mensejahterakan rakyat atau orang banyak, seperti yang
terdapat dalam sebuah lagu gundul-gundul pacul yang sebenarnya mempunyai arti
filosofis yang sangat dalam. Konon lagu gundul-gundul pacul ini diciptakan oleh
Sunan Kalijaga dan kawan-kawan sewaktu muda, pada tahun 1400-an mempunyai arti
yang sangat dalam dan mulia.
Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Dan kepala adalah
lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang dari
keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota. Sedangkan pacul adalah cangkul (red, Jawa) yaitu
alat petani yang terbuat dari lempengan besi yang berbentuk segi empat. Jadi
pacul adalah lambang dari kawula rendah, kebanyakan para petani.
Gundul-gundul pacul artinya
adalah bahwa seorang pemimpin bukan orang yang hanya diberi mahkota saja tetapi
dia adalah pembawa cangkul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi
kawula rendah seperti petani, rakyat atau orang banyak. Orang jawa mengatakan pacul adalah Papat Kang Ucul ( empat yang lepas). Kemuliaan seseorang tergantung
dari 4 hal yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1.
Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2.
Telinga digunakan untuk mendengar nasehat dan keluhkesah
rakyat/masyarakat.
3.
Hidung digunakan untuk mencium wanginya kebaikan.
4.
Mulut digunakan untuk berkata jujur dan adil.
Jika empat hal itu lepas, maka
lepaslah kehormatanya.
Gembelengan artinya besar kepala, sombong, congkak dan bermain-main
dalam menggunakan kehormatanya. Arti harafiah jika orang sudah kehilangan dari
4 lndera seperti diatas maka akibatnya gembelengan (congkak, besar
kepala/sombong).
Nyunggi-nyunggi wakul artinya menjunjung amanah
rakyak atau orang banyak, Gembelengan
artinya congkak, besar kepala/sombong, akhirnya Wakul Ngglimpang (amanah jatuh tidak bisa dipertahankan), Seggane dadi sak latar (berantakan
sia-sia, kocar-kacir tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak. Seorang
pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin mau merendahkan hati mereka mau
mendengar dan memperhatikan kesejahteraan rakyat/masyarakat dan selalu
berprilaku jujur dan adil.
Sebuah kehidupan yang dijalani
dengan kebijaksanaan harus memiliki rendah hati yang tulus. Dengan
kebijaksanaan, kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang
jahat dan yang baik. Dengan kerendahan hati kita bisa menciptakan kehidupan
yang damai dan tentram. Dengan kita memiliki kerendahan hati tentunya kita bisa
mendamaikan orang-orang dan makhluk-makhluk yang berada disekitar kita. Dengan
kerendahan hati ini juga bisa kita mengembangkan pengembangan batin, dan dari pengembangan
batin inilah yang nanti dapat mengarakan kita untuk mencapai kesadaran “tanpa
aku” oleh karena itu bila kita bisa merendahkan dan meluaskan hati untuk
menerima apapun dan menghormati orang lain, mereka pasti akan menghormati dan
dapat menerima kita dengan lapang dada.
Hanya mereka yang mampu
menghormati diri mereka sendirilah yang mempunyai nyali untuk lebih merendahkan
hati mereka untuk orang lain. Jika kita bisa rasakan kalau sebutir kerikil yang
kecil saja dapat menyakiti kaki kita, tentu saja kita tidak akan sabar dan
tahan menghadapi masalah yang lebih besar. Sebagian besar orang tidak dapat
menundukkan kepala dengan rendah hati, karena mereka terus menggunakan
kesuksesanya, kekayaan dan jabatan mereka dimasa lalu yang itu hanyalah hal
yang semu, karena semua itu akan berproses dan akan mengalami perubahan. Jika
kita mau mengerti atau memahami sebenarnya menjadi rendah hati memiliki
kebijaksanaan. Dan bila kita menganggap dirikita sendiri terlalu tinggi berarti
kita memiliki kemelekatan dan dari kemelekatan itu akan menimbulkan penderitaan
bagi kita apabila suatu saat kita jatuh atau mengalami kebangkrutan dan
kerugian.
Jika kita ingin diterima atau
disayangi oleh orang lain, maka pertama-tama yang harus kita perhatikan adalah
nada suara dan prilakukita, pembawaan, sikap, perkataan, prilaku yang layak
semuanya itu dicapai melalui kesabaran, kerendahan hati dan ke uletan. Kita bisa berpegang teguh pada
prinsip-prinsip integritas dan ketulusan dalam segala sesuatu yang kita
kerjakan. Dan kita bisa menerapkan kesabaran dan kelembutan dalam berprilaku
kepada orang lain, dan yang paling penting kita harus menjaga pikiran kita
supaya kita menjadi tenang dan kita juga harus saling menumbuhkan sikap yang
penuh tenggangrasa dan sikap religius dalam memperlakukan orang lain supaya
orang lain juga memperlakukan kita dengan baik.
Agama adalah ajaran untuk menyadari, melihat, mengoreksi
kedalam diri sendiri dan orang lain dengan benar. Tidak ada satu Agama apapun didunia
ini yang tidak mengajarkan untuk menghindari kejahatan atau perbuatan buruk dan
menghindari/melakukan perbuatan baik seperti yang telah orang bijaksana
ajarkan. Semua perbuatan baik buruk dapat muncul setiap saat, setiap waktu pada
saat diri sendiri ada niat untuk melakukanya. Seperti sabda Sang Buddha pikiran
sebagai pemimpin untuk melakukan berbagai macam perbuatan, sehingga dapat
terlihat dengan jelas bahwa karma
adalah milik dirikita sendiri yang telah melakukanya, bukan diwariskan orang
lain, anak atau kerabatnya. Maka dari
itu Buddha mengajarkan kepada kita untuk
“malu berbuat jahat dan takut akan akibatnya” Hiri dan Otapa.
Kalau kita melihat orang yang bijaksana, itu lembut dan
penuh dengan cintaksih, kelembutanya mengandung cintakasih dan cintakasihnya
meneduhkan hati setiap orang atau makhluk lain yang berada disekitarnya. Apa
bila kita bisa memelihara keharmonisan dengan orang lain dan selalu memancarkan
cinta kasih tanpa batas dengan orang dan makhluk yang berada disekitar kita dengan
penuh kerendahan hati, jelas kita bisa melakukan kebaikan berupa apasaja kepada
orang lain. Dan apabila orang-orang bisa selalu rendah hati dan hidup dengan
rukun, harmonis dan penuh dengan cintakasih pasti tidak ada pertikaian,
pembantaian, pembunuhan, dan tindak kejahatan lainya, sehingga dunia
benar-benar menjadi damai dan tentram, bila setiap orang bisa memahami dengan
benar dan sungguh sungguh seperti apa yang terdapat di dalam Dhammapada BAB VIII Sahassa-Vagga Syair
102
Menaklukkan diri sendiri sesungguhnya
lebih baik dari pada menaklukkan makhluk lain, Orang yang bisa menaklukkan
dirinya sendiri selalu bisa mengendalikan diri. Maka dunia benar-benar menjadi
damai dan tentram tanpa ada permasalahan seperti saat ini.
Refrensi
Master Cheng Yen. SANUBARI TEDUH
JILID SATU Kata-Kata Welas Asih Dan Kebijaksanaan (Still Toughts, Volume One)
Jakarta: PTAlex Media Komputindo. 2007
Teja Puñño. INDAHNYA KEBEBASAN Oktober 2010
Bhikkhu Abhayanando, Thera. Dhamma Solusi Kehidupan. Tangerang, Banten.
Vihara Dhamma Ratna
Y.M. Dr. I. Indasara Thero. Hidup Penuh Dengan BERKAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar