DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II ISI
KESEHATAN MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA
II. I . Pengertian Kesehatan 3
II.II.
Konsep Dasar Kesehatan 3
II.III.
Konsep Kesehatan Menurut Agama Buddha 4
II.IV. Pengaruh Perkembangan Ilmu Kedokteran
Terhadap Pola Hidup Manusia 5
II.V.
Pengertian Narkoba 6
II.VI. Penyalah Gunaan Narkoba 6
II.VII.Rekayasa Genetika 7
II.VIII.Eutanasia 8
BAB III PENUTUP
III.I
Simpulan 9
III.II Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Kehidupan
yang beraneka ragam sifat maupun sikapnya dalam lingkungan masyarakatnya. Ada
orang yang selalu kelihatan gembira dan bahagia walupun keadaan yang
dihadapimya dan juga ada yang selalu mengeluh tidak cocok, tidak bersemangat
dalam hidup karena kodisi yang tidak baik. Karena hidupnya dipenuhi dengan kegelisahan,
kecemasan, dan ketidakpuasan terhadap apa yang telah ia milliki saat ini sehingga
memudahkan mereka diserang berbagai macam penyakit yang sulit untuk ditemukan
obatnya. Serta semakin berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi
demikian pula teknologi dibidang medis, populasi manusia di dunia yang semakin
pesat yang juga komplek dengan masalah yang dihadapi salah satunya adalah
kesehatan, yang mendorong para ilmuwan untuk meningkatkan kualitas keilmuan
dibidang kedokteran. Namun terkadang para medis tidak mutlak dapat melenyapkan
berbagai permasalahan kesehatan manusia tersebut.
Penyakit-penyakit
tersebut disebabkan karena orang yang dalam hidupnya suka mengganggu, melanggar
hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah, menyeleweng,
menganiaya, menipu dan sebagainya, hal ini yang menyebabkan kegelisahan pada
masyarakat. Dengan penyebab tingkah laku orang yang berbeda, kendatipun kondisi
sama. Usaha ini yang menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa yaitu
kesehatan mental.
Kesehatan
yang dialami seseorang maupun masyarakat itu sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Dengan lingkungan yang bersih maka kebersihan itu pula akan
mempengaruhi kebersihan perorangan, kebiasaan hidup dan ini akan berdampak yang
sangat baik bagi manusia dan lingkungannya serta dapat meningkatkan derajat
kesehatan atau mencegah penyakit. “Kesehatan adalah keuntungan yang terbesar,
merasa puas adalah kekayaan yang berharga, dipercaya adalah sanak keluarga yang
terbaik,nibbana adalah kebahagiaan tetrtinggi” (Dhp. XV. 204). Kesehatan adalah
anugrah yang paling tinggi yang perlu kita jaga guna kelangsungan aktifitas
yang akan dijalankan, apabila kondisi tubuh tidak sehat, segala aktivitas yang
akan dijalankan atau dikerjakan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar.
I.II.
Rumusan Masalah
Mendiskripsikan
agama Buddha dengan ilmu kesehatan
I.III.
Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui konsep dasar kesehatan dalam Agama Buddha
BAB II
KESEHATAN MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA
II. I . Pengertian Kesehatan
Kesehatan
merupakan harta yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Konsep kesehatan
itu sendiri adalah suatu keadaan dimana badan jasmani, mental lingkungan dan
segala sesuatu yang ada disekitarnya benar-benar terjadi suatu keharmonisan
Dalam kehidupannya yang suka mengganggu
kehidupan orang lain, suka adu domba, fitnah, menyeleweng, menipu dan
sebagainya.
Gejala tersebut merupakan unsur daripada kejiwaan yang tidak sehat,
jiwa yang sehat akan menimbulkan jasmani yang sehat pula. Berarti sehat
merupakan suatu bentuk konsep dasar yang mudah dirasakan dan diamati
keadaannya. Misalnya orang yang tidak memiliki keluh kesah fisik dipandang
orang yang sehat secara mental. Kesehatan merupakan suatu keadaan yang sehat,
kebaikan keadaan (badan) jasmani, keadaan sehat badan (tubuh), jiwa keadaan
sehat jiwa, masyarakat kesehatan jasmani bagi rakyat (KBBI, 2001.1011). Menurut
WHO (World Health Organization)
kesehatan merupakan satu bentuk yang sangat luas dan keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat atau dengan kata lain merupakan suatu keadaan ideal dari segi
biologis, psikologis, dan sosial.
II.II.
Konsep Dasar Kesehatan
Manusia
mengenal dirinya pada mulanya dari dimensi biologisnya dan memanfaatkan anggota
tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya, makan minum, bekerja dan aktivitas
lainnya. Jadi tidak langka bila tubuh mengalami gangguan kesehatannya karena
manusia belum merasa puas bila kebutuhannya belum tercukupi dan tidak pernah
memperdulikan kesehatannya (terlalu bekerja keras, tidak ingat waktu).
Status
kesehatan seseorang ataupun masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
sekalipun tidak tetap tetapi juga tidak salah, kesehatan lingkungan sering
diartikan sebagai kebersihan lingkungan. Kesehatan lingkungan seharusnya,
mencakup pula kebersihan perorangan, kebiasaan hidup dan semua dampak hubungan
timbal balik antara manusia dan lingkunan pertalian dengan peningkatan derajat
kesehatan atau pencegahan penyakit. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan
yang sehat, jadi ini tergantung dari manusia atau masyarakat bagaimana menjaga
lingkungan yang bersih.
Setiap
individu memiliki peranan dalam kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat,
sekolah dan lainnya. Seseorang yang mempunyai jasmani dan mental yang sehat
akan merasa puas dengan peranannya dalam lingkungannya tersebut, tetapi
sebaliknya bila seseorang tidak memiliki sehat jasmani dan mental yang kuat
tidak merasa terpuaskan dalam peranan-peranan
tersebut, dan memang bila seseorang tidak memiliki badan jasmani dan mental
yang kuat tidak bisa beraktifitas dengan baik.
II.III.
Konsep Kesehatan Menurut Agama Buddha
Manusia
merupakan satu kesatuan dari unsur jasmani dan rohani, mengenai pemahaman yang
benar terhadap tubuh yang rapuh yang merupakan sarang suatu penyakit yang
justru akan mendorong agar manusia memperhatikan perawatan tubuhnya dengan
baik
. “Perhatikanlah tubuh yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang
belulang, lemah dan perlu banyak perawatan, keadaannya tidak kekal serta tidak
tetap” (Dhp.XI.147).
Perilaku yang bersih dan sehat akan menghasilkan
lingkungan yang bersih dan sehat pula, begitu pula sebaliknya lingkungan yang
bersih dan sehat akan mendorong prilaku yang bersih dan sehat pula, walaupun
diri sendiri merupakan faktor utama dalam menciptakan keadaan yang sehat.
Salah
satu hal yang sangat penting dalam pribadi seseorang adalah kesehatan mental,
yaitu kondisi mental yang tidak sakit. Buddha Dhamma berperan besar dalam
memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan
bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya
dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya. Tindakan ini merupakan tindakan
untuk menenangkan diri terhadap prasangka, kegelisahan dan ketakutan.
“Melenyapkan kegelisahan, dan kekawatiran maka akan terbebas dari perasaan
tegang, dengan pikiran tenang, mensucikan batinnya dari kegelisahan dan
kekawatiran. Ia melenyapkan keragu-raguan, ia hidup bagaikan orang yang telah
bebas dari kekacauan batin dan batinnya berada dalam kebaikan, ia mensucikan
batinnya dari keragu-raguan” (D.III.XIV.25).
“Sehat
adalah anugrah tertinggi, Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi” (M.II.VII.65).
Nibbana adalah tujuan tertinggi umat Buddha, sedangkan sakit, usia tua,
kematian sebagia ciri dari penderitaan merupakan proses tak terelakkan yang
penuh makna dan hikmah dalam perjalanan mencapai tujuan tertinggi.
“Sungguh
bahagia hidup tanpa penyakit diantar orang-orang yang berpenyakit, diantara
orang-orang yang berpenyakit hidup tanpa penyakit” (Dhp.XV.198).
Jadi dalam hal
ini bisa dikatakan bahwa tujuan agama adalah sebuah keadaan kesehatan mental
yang sempurna dan kebahagiaan sejati, tetapi selama manusia belum melenyapkan
dukkha dalam dirinya maka kesakitan mental akan berada dalam dirinya bahkan
dapat berkembang dengan cepat dan kedamaiaan Nibbana belum dapat dirasakan.
Perlu diketahui bahwa tujuan dari Buddha mengajarkan Dhamma adalah untuk
kebahagiaan umat manusia dan memperoleh mental yang benar-benar bebas dari
penyakit apapun. Bhagava mengajarkan Dhamma agar Dhamma dapat melenyapkan
dukkha dari orang yang melaksanakannya (D.III.XIV.24). Dukkha merupakan
kekacauan-kakacauan dan Nibbana adalah keadaan yang teratur dan sehat, tetapi
umat Buddha adalah pengurangan serta pelenyapan dukkha dan mencapai Nibbana
yaitu dengan pelaksanaan delapan jalan utama secara sempurna.
Keseluruhan
terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas
delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini
mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap
teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi
(Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki
beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan
teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi
yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis.
Hal
yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci
dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki
perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa
penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan
keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya. Dengan begitu apabila tubuh
ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran
emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang
menyebabkan penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan,
(2). Harga diri yang terluka, (3). Iri hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe, alih
bahasa Upi. Ksantidewi, Terapi secara Buddhis).
II.IV.
Pengaruh Perkembangan Ilmu Kedokteran Terhadap Pola Hidup Manusia
Kehidupan yang semakin maju baik dalam ilmu
teknologi maupun kedokteran yang semakin maju pesat terdapat atau mempunyai
pengaruh yang dapat mengembangkan pola hidup manusia yaitu :
-
Untuk meningkatkan pelayananan kesehatan terhadap masyarakat dibidang
kesehatan, meningkatkan mutu pemeriksaan yang terjamin terhadap
penyakit-penyakit yang diderita, sehingga terbukti dan dapat
dipertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya.
-
Dengan banyaknya peralatan dan fasilitas yang digunakan maka akan meningkatkan
pula mutu dari tenaga medis (Fahrul Rasyid, Tempo Tahun 1990:76, Murniyati,
Rangkuman Agama Buddha Dan Disiplin Ilmu I dan II 2003)
-
Semakin banyaknya peneliltian –penelitian media yang dilakukan secar intensif
maka akan mendorong didirikannya laboratorium kesehatan dengan peralatan dan
fasilitas yand lebih lengkap
-
Perkembangan ilmu kedokteran dapat meningkatkan mutu manusia secara fisik (ilmu
bedah dapat membantu manusia menutupi cacat fisik yang ada pada dirinya)
(Medika, 1992:59, Murniyati, Rangkuman Agama Buddha Dan Disipllin Ilmu I dan II
2003)
II.V. Pengertian Narkoba
Narkoba
adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain dan obat-obat
berbahaya yang sangat berguna dan sangat diperlukan untuk kepentingan dunia
kedokteran sebagai pengobatan dan pelayanan kesehatan namun di sisi lain
narkoba sangat membahayakan, sehingga sehingga penggunaanya perlu pembatasan,
pengendalian dan pengawasan yang sangat ketat dalam halini diatur dengan Undang-undang republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan undang-undang Indonesian
Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
II.VI.
Penyalah Gunaan Narkoba
Penyalah gunaan Narkoba dan
Zat Adiktif dan Obat-obatan berbahaya lainya merupakan salah satu pola
penggunaan yang bersifat patologik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu
menimbulkan gangguan fungsi sosila dan okupasional.
Sifat yang seringkali disalahgunakan
tersebut mempunyai pengaruh terhadap sistem syaraf pusat sehingga disebut Zat
Psikotropik atau Psikoaktif. Penyalahgunaan obat yang dimaksud di sini adalah
pemakaian obat yang di salah gunakan, bukan keperluan alasan medis, maupun
pemakaian obat dengan dosis yang tidaktepat (Rice, 1993). Obat yang sering
disalahgunakan tersebut juga memiliki efek ketergantungan/kecanduan pada
pemakainya jika digunakan terus menerus. Yang termasuk dalam kategori obat yang
disalahgunkan adalah Narkotika (Opioda/Opiat, ganja, dan Kokain) dan
Psikotropika (Zat penenang, Halusinogen, Psikostimulan, Alkohol dan Solvent,
serta zat yang menguap seperti Bensin, Spirtus, Lem Aica Aibon). Efek
ketergantungan atau kecanduan adalah suatu tahap yang dirasakan oleh individu setelah memakai obat secara
berulangkali. Secara umum, individu dikatakan telah mengalami ketergantungan
atau kecanduan obat apabila;
1. Telah
menunjukkan suatu simpton jika diberhentikanya pemakaian obat.
2. Menunjukan
efek toleransi yaitu: meningkatnya jumlah dosis zat yang digunakan, dan atau
meningkatkan frekuensi pengguna.
Namun,
istilah ketergantungan secara spesifik menguraikan adanya dua macam
ketergantungan, yaitu ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis.
a. Ketergantunga
fisik adalah munculnya simpton withdrawal/gejala-gejala fisik yang dapat
diamati jika indvidu menghentikan pemakaian obat.
b. Sedangkan
ketergantungan pesiko tropika adalah adanya keinginan atau dorongan yang besar dari individu untuk terus
memakai obat, dan terus merasakan perasaan negatif/ketidaknyamanan jika
pemakaian obat dihentikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan
NAPZA adalah :
sebagian berikut :
1. Faktor individu :
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun social yang
pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.
Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang
anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Teman Sebaya
4. Lingkungan masyarakat/sosial
3. Faktor Napza
• Mudahnya
NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
• Banyaknya
iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
• Khasiat
farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidur-kan, membuat
euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
II.VII. Rekayasa Genetika
Genetika sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang pewarisan sifat suatu individu ke keturunannya selalu
menarik perhatian seluruh kalangan. Genetika terus berkembang dengan pesat
sejak diketahuinya atau ditemukannya struktur Deoxyribose Nucleic Acid (DNA). Sebenarnya kloning ini bukanlah hal
yang mengejutkan atau hal yang mustahil karena alam sendiri yang telah lama
memberi tanda-tanda adanya kloning (kloning alami), terlihat jelas pada bakteri
yang berkembang biak melalui proses kloning (membelah diri dari satu sel
menjadi dua sel identik secara genetik).
Ketika teknologi di berbagai bidang makin berkembang, perkembangan teknologi
biologi memungkinkan manusia merambah lebih jauh hingga menemukan metode
kloning buatan. Kloning merupakan proses atau cara perkembangbiakan mahluk
hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga manusia secara aseksual atau
tanpa melalui proses pertemuan sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina.
Penemuan terus merangsang beberapa ahli biologi, sehingga mereka berhasil
melakukan rekayasa genetika yang kemudian dikenal dengan sebutan kloning DNA
atau kloning Gen. rekayasa genetika atau kloning DNA didefinisikan sebagai
pembentukan gen baru melalui proses penyisipan gen asing dengan teknik
laboratorium. Dengan ini bahan genetik dari satu organisme dapat disatukan
dengan bahan genetik dari organisme lain sehingga dapat diciptakan mahluk baru.
Teknik kloning ini tidak hanya terdapat dalam bidang kedokteran atau kesehatan,
tetapi juga pada bidang peternakan dan pertanian. Peluang untuk memindah atau
menukar gen dari sel yang satu ke sel yang lain dari organisme berbeda
memberikan prospek yang cerah bagi terlaksananya rekayasa genetika. Keuntungan
yang diperoleh dengan adanya rekayasa genetika ini adalah penghematan dalam biaya,
waktu, jumlah bahan, kelangkaan bahan, maupun jenis-jenis produk baru.
Keuntungan lain dari kloning gen ini adalah, penciptaan jenis bakteri yang
memakan minyak dapat dimanfaatkan untuk membersihkan pencemaran minyak pada
permukaan laut, penciptaan jenis domba, sapi, kucing, atau jenis hewan lain
untuk kesejahteraan manusia dan juga penciptaan organ tubuh manusia untuk
mengganti organ tubuh yang rusak seperti pankreas pada penderita kencing manis
(diabetes mellitus), ginjal, hati dan lain2.
II.VIII. Eutanasia
(Bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu
yang artinya "baik", dan θάνατος, thanatos yang berarti
kematian) adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan
melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa
sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang
mematikan.
Beberapa tujuan pokok dari
dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :
- Pembunuhan berdasarkan belas
kasihan (mercy killing)
- Eutanasia hewan
- Eutanasia berdasarkan bantuan
dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif secara sukarela
sebagian berikut :
1. Faktor individu :
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun social yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.
Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang
anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Teman Sebaya
4. Lingkungan masyarakat/sosial
3. Faktor Napza
• Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
• Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
• Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidur-kan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
Ketika teknologi di berbagai bidang makin berkembang, perkembangan teknologi biologi memungkinkan manusia merambah lebih jauh hingga menemukan metode kloning buatan. Kloning merupakan proses atau cara perkembangbiakan mahluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga manusia secara aseksual atau tanpa melalui proses pertemuan sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina.
Penemuan terus merangsang beberapa ahli biologi, sehingga mereka berhasil melakukan rekayasa genetika yang kemudian dikenal dengan sebutan kloning DNA atau kloning Gen. rekayasa genetika atau kloning DNA didefinisikan sebagai pembentukan gen baru melalui proses penyisipan gen asing dengan teknik laboratorium. Dengan ini bahan genetik dari satu organisme dapat disatukan dengan bahan genetik dari organisme lain sehingga dapat diciptakan mahluk baru.
Teknik kloning ini tidak hanya terdapat dalam bidang kedokteran atau kesehatan, tetapi juga pada bidang peternakan dan pertanian. Peluang untuk memindah atau menukar gen dari sel yang satu ke sel yang lain dari organisme berbeda memberikan prospek yang cerah bagi terlaksananya rekayasa genetika. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya rekayasa genetika ini adalah penghematan dalam biaya, waktu, jumlah bahan, kelangkaan bahan, maupun jenis-jenis produk baru.
Keuntungan lain dari kloning gen ini adalah, penciptaan jenis bakteri yang memakan minyak dapat dimanfaatkan untuk membersihkan pencemaran minyak pada permukaan laut, penciptaan jenis domba, sapi, kucing, atau jenis hewan lain untuk kesejahteraan manusia dan juga penciptaan organ tubuh manusia untuk mengganti organ tubuh yang rusak seperti pankreas pada penderita kencing manis (diabetes mellitus), ginjal, hati dan lain2.
II.VIII. Eutanasia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar